Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pesawat Terbang, Melihat Potensi Onggokan Burung Besi Bersayap

beasiwa Pilot Pemerintah Daerah Aceh
Onggokan Burung Besi Bersayap, Pesawat Terbang - Dunia Penerbangan Aceh
Penerbangan itu menjadi sangat menarik jika kita mahu melihat ke belakang, yaitu Napak tilas sebuah sejarah, yaitu Sejarah Aceh yang membuat kita menjadi tulang punggung kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bagaimana tidak, Rakyat Aceh mendonasikan cukup besar harta benda mereka untuk kepentingan Indonesia, Rakyat Aceh menghibahkan salah satu dari pesawat pertama untuk perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia tercinta ini.

Menjadi begitu Iconic ketika salah satu Replika Pesawat Terbang dipajang di alun alun kota Banda Aceh tepat nya di Lapangan Blang Padang Kota Banda Aceh yang semakin mempertegas eksistensi bahwasanya kita pernah andil dan memberikan kontribusi yang besar dalam memperoleh kemerdekaan Indonesia.

Namun sejarah hanyalah tinggal sejarah, jika dilupakan begitu saja atau perlahan mulai terlupakan dengan kemajuan zaman dan teknologi.

Sangatlah disayangkan jika tidak ada follow up mengenai bidang ini, dan kemudian “asa” itu terwujud dengan adanya sebuah program beasiswa dirgantara yang menurut saya menyita cukup banyak minat kaum muda pada jaman itu agar bisa mewujudkan cita cita dan minatnya berkiprah di Bidang Kedirgantaraan di Bumi Serambi Mekkah.

Perlu diketahui juga bahwa akan sanga menghabiskan biaya yang lumayan jika mengeyam pendidikan di bidang ini tanpa adanya bantuan beasiwa dan ini menjadi peluang menggapai mimpi.

Singkat cerita program itu selesai dengan segala macam masalah yang dihadapi dan tidak semulus yang di rencanakan sebelumnya.

Namu hasilnya adalah sarjana sarjana penerbangan yang sampai saat tulisan ini saya tulis masih banyak yang belum tersalurkan atau terserap oleh dunia kerja, dan kemudian program itu terhenti begitu saja, tanpa ada kelanjutan dan program jelas kedepan, lagi lagi “asa” itu tersendat.

Oh iya mungkin salah satu yang tersisa dari program itu adalah beberapa aset yang sempat diaukuisisi oleh pemerintah aceh yaitu beberapa unit pesawat Cessna 172, dan 3 pesawat hibah jenis CTSW (semuanya termasuk kedalam katagori pesawat ringan) yang pada jaman itu termasuk pesawat yang cukup canggih di kelasnya.

Namun tidak pernah tersentuh dan tidak bisa dimaksimalkan kegunaannya, ini menjadi menarik setelah saya berdiskusi dengan salah satu angkatan saya yang kini bekerja di SMK Penerbangan Aceh, beliau sempat membuat story di media sosialnya dengan memposting foto foto aset yang terbengkalai tersebut, hal itu sempat membuat saya bertanya, apakah itu tidak dapat di gunakan untuk keperluan lain selain hanya menjadi objek foto siswa dan hanya menjadi saksi bisu saja?

Jawabannya adalah “kelihatannya akan hanya jadi begitu saja”, ini membuat saya miris karna mengingat kita punya “bahan baku tapi tidak bisa membuat kue”. 

Mungkin sudah saat nya kita serius melihat ini sebagai peluang dengan memanfaatkan aset yang sudah ada.

Seperti mengalihkan penggunaan pesawat tersebut untuk badan penanggulangan bencana dengan giat melakukan patroli di sepanjang pantai Aceh, mengintai illegal logging, foto udara, dan bahkan bisa menjadi deteksi dini tsunami, dengan catatan setiap terjadi gempa langsung diterbangkan dan menyusur bibir bibir pantai aceh sehingga deteksi dapat dilakukan lebih dini.

Melaui pantauan langsung kelapangan dan mengabari tower di bandara dilanjutkan meng aktifkan sirene tsunami, hemat bukan? Tanpa biaya awal karna aset sudah punya, tinggal program baru saja.

Mengenai tenaga professional juga, kita sudah memiliki semua mulai dari teknisi hingga pilotnya, dan bisa mendongkrak experience anak anak SMK penerbangan Aceh jika diterjunkan langsung dalam program itu.

Sehingga terlahir lulusan yang lebih matang ketimbang hanya foto foto dan mengenang onggokan besi yang tidak bisa terbang.

Saya rasa sudah saatnya kita melihat kedepan, tidak adanya gunanya hanya melupakan kesalahan kesalahan tempo dulu dengan membiarkan lupa apa yang sudah ada.

Ini bisa kita manfaatkan dan tentunya akan menghasilkan keuntungan bagi Aceh sendiri, penulis berharap adanya langkah langkah yang bisa menghidupkan marwah Aceh lagi di bidang kedirgantaraan salah satunya dengan cara yang penulis paparkan tadi, mari lakukan koreksi, introspeksi dan ambil langkah pasti pada peluang peluang yang ada, mari bangkit lagi, mari buat Aceh sebagai pusat contoh dirgantara Indonesia (karna memang sudah sepantasnya begitu).

F.O Subhan Karama Putra
Penulis adalah seorang penerbang yang merupakan alumni dari beasiwa Pilot Pemerintah Daerah Aceh yang bertugas di Jakarta.

Post a Comment for "Pesawat Terbang, Melihat Potensi Onggokan Burung Besi Bersayap"